Bobby Fischer menjadi juara dunia pada
tahun 1972. Pertandingan historisnya dengan Boris Spassky di Reykjavik
membuat catur sangat populer di Amerika Serikat. Tetapi setelah 43
tahun berlalu belum ada satu orangpun yang mampu mengikuti kembali
jejak pecatur jenius ini.
Setali tiga uang dengan kejuaraan beregu. Tim catur AS terakhir menjadi juara Olimpiade tahun 1976 di Haifa, Israel. Untuk kejuaraan dunia antar tim yang dimulai sejak tahun 1985, AS hanya mampu sekali juara pada tahun 1993.
Belakangan
ini Amerika Serikat mulai berbenah untuk menguasai pentas catur dunia.
Mereka tahu persis bahwa untuk menjadi penguasa dunia, tidak
dibutuhkan banyak pecatur. Hanya satu orang untuk menjadi juara dunia
dan sekitar empat pecatur untuk menjadi juara dunia beregu dan juara
Olimpiade. Apa yang sudah mereka lakukan? Tim Putra
Tahun 2015, Federasi Catur AS sudah bergerak cepat menyusun ulang serdadu tim catur mereka. GM Wesley So telah berhasil “direkrut” dari Federasi Catur Filipina. Si anak hilang GM Fabiano Caruana yang selama 10 tahun terakhir membela bendera Italia, sudah dipanggil pulang. Keduanya akan mendampingin GM Hikaru Nakamura, pecatur nomor satu AS saat ini. Ketiga pemain ini berada di top 10 peringkat dunia FIDE bulan Juni 2015.
Maka di Olimpiade Catur yang akan berlangsung di Baku, Azerbaijan tahun 2016 nanti, tim AS yang saat ini menempati peringkat 4 dunia akan tampil sangat menakutkan karena formasi tim akan diisi oleh:
1. GM Fabiano Caruana (2805)
2. GM Hikaru Nakamura (2802)
3. GM Wesley So (2778)
4. GM Ray Robson (2674)
Dengan Hikaru Nakamura berusia 27 tahun, Fabiano Caruana 22 tahun, Wesley So 21 tahun serta Ray Robson 20 tahun maka tim AS ini benar-benar sangat segar dan luar biasa kuat.
Sebagai perbandingan, China misalnya yang merebut gelar juara dunia beregu belum lama ini akan tampil dengan Ding Liren (2749), Li Chao (2748), Wang Yue (2726) dan Wei Yi (2721)
Elo rating rata-rata pecatur AS adalah 2764 sedangkan China “hanya” 2736.
Perorangan
Amerika Serikat sudah berhasil meloloskan dua pecaturnya ke Turnamen Kandidat 2016 yang diikuti oleh 8 pecatur untuk mencari penantang juara dunia Magnus Carlsen. Fabiano dan Nakamura berhasil lolos setelah menjuarai FIDE Grand Prix terakhir di Khanty-Mansiysk, Rusia bulan lalu.
Mereka masih dapat mengajukan satu lagi pecatur tambahan misalnya Wesley So, seandainya AS bersedia menjadi tuan rumah Turnamen Kandidat itu.
Dalam jangka panjang, sejak tahun 2012, telah dibuat sebuah program yang disebut “Young Stars USA”. Program yang dirancang oleh mantan juara dunia Garry Kasparov ini bertujuan untuk mempersiapkan dan mempercepat pecatur-pecatur muda paling berbakat di AS tampil di pentas dunia.
Program ini disponsori oleh the Chess Club and Scholastic Center of Saint Louis milik bilioner Rex Sinquifield yang “gila” catur bekerja sama dengan Kasparov Chess Foundation. Mereka diberikan berbagai fasilitas menggiurkan.
Selain disediakan pelatih GM kelas dunia, juga ada sponsor yang membiayai perjalanan mereka mengikuti berbagai turnamen di seluruh dunia untuk mencari pengalaman dan meningkatkan elo rating. Garry Kasparov secara pribadi juga turun tangan melatih bakat-bakat muda ini melalui serangkaian pelatihan intensif.
Sejauh ini hasilnya sudah terlihat. Dua peserta “Young Stars” yaitu Sam Sevian meraih gelar GM diusia 13 tahun. Jeffery Xiong, 14 tahun baru saja mendapat gelar GM setelah menjuarai Chicago Open 2015.
Masih ada generasi yang lebih muda di Young Stars: Awonder Liang yang baru memasuki usia 12 tahun.
Selain itu, untuk menjaring bakat-bakat baru, kompetisi antar kelompok umur juga tetap berjalan di AS. Mereka terus mengirim pecatur-pecatur muda mereka untuk berkompetisi di Kejuaraan Dunia Junior, agar talenta-talenta terbaik mereka ini mendapat banyak pengalaman bertanding.
Ada 2 strategi untuk dapat menjadi yang terbaik di dunia: melalui sistem pembinaan yang berkesinambungan dan berjangka panjang atau dengan sistem merekrut talenta dengan kekuatan finansial.
Strategi pertama pernah membawa Uni Soviet mendominasi dunia catur selama puluhan tahun, bahkan efeknya masih terasa sampai sekarang jauh setelah negara itu bubar 25 tahun yang lalu. Sistem seperti itu bukan sesuatu yang dapat terbangun dalam jangka pendek.
Dimulai dengan Mikhail Chigorin di akhir abad ke-19 yang rajin menulis, mengajar, mendirikan klub dan asosiasi catur di Rusia, yang efeknya melahirkan dua juara dunia Alexander Alekhine dan kemudian Mikhail Botvinnik di generasi selanjutnya. Dengan dukungan negara Botvinnik berhasil membangun sebuah sistem pembinaan yang amat berhasil dan kemungkinan besar tidak akan pernah terulang kembali.
Amerika telah memilih melakukan keduanya. Tinggal menunggu waktu untuk menikmati hasil kerja keras mereka.
Bagaimana dengan Indonesia? Mungkinkah di buat program “Young Stars Indonesia”? Tentu saja bisa kalau ada sponsornya seperti maskapai Garuda dan Kacang Garuda misalnya.
Selain menjadi sponsor klub bola Liverpool dan Real Madrid, tak ada salahnya mengucurkan sedikit uang mereka untuk mensponsori anak-anak berbakat catur di negeri ini agar mampu tampil di pentas dunia.
Foto: en.chessbase dan www.uschesschamps.com (http://www.kompasiana.com/cutayu/cara-amerika-menguasai-catur-dunia_5573c6c0149773fb4f13dbb1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar