Irene makin tertantang

JAKARTA - Grand Master Wanita (GMW), Irene Kharisma Sukandar, semakin tertantang setelah mendapat siraman moril dari Menpora Andi Mallarangeng dalam pengukuhan kontingen SEA Games XXVI di Gedung Serbaguna Jakarta baru-baru ini.

Tentunya dengan harapan saat tampil di ajang multi event bergengsi dua tahunan tingkat Asia Tenggara di Palembang, Irene mampu menyuguhkan medali emas bagi kontingen Indonesia.

"Saya bersyukur mendapat arahan dan suntikan mental tanding dari Bapak Menpora (Andi Mallarangeng). Hal itu yang membuat semangat saya makin tertantang untuk menyuguhkan prestasi optimal di SEA Games XXVI Palembang nanti," ujar Irene.

Irene mengakui, pengukuhan seperti ini bukan saja memberikan siraman moril dan mental, namun juga menjadi daya juang bagi atlet. Hal itu bukan saja dialaminya, akan tetapi sekitar 1509 orang yang ikut dalam acara pengukuhan mengalami hal sama.

Lebih jauh, Irene berharap agar pemerintah melalui Menpora memperhatikan jerih payah atlet saat pensiun nantinya. Bila perlu atlet yang meraih sukses langsung masuk catatan pemerintah untuk mendapatkan bantuan atau pensiun di hari tua.

Ia pun mengaku sangat bersyukur karena saat ini ada pihak swasta melalui Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) yang peduli terhadap kehidupan mantan atlet yang di bawah garis kemiskinan. 
"Semoga saja kepedulian seperti itu terus berlangsung hingga semua mantan atlet bisa meningkatkan taraf hidupnya," tegas Irene.

Kepedulian pemerintah dan YOI sudah pasti akan membangkitkan semangat atlet menggapai prestasi puncak di SEA Games XXVI Jakarta dan Palembang. Termasuk Irene sendiri meski saat ini belum membutuhkan dana pensiun dari pemerintah.

"Pada saatnya nanti, bila sudah tidak aktif dalam dunia catur, saya perlu mendapatkan jaminan dari pemerintah agar  tetap eksis di dunia olahraga. Minimal bisa menjadi pelatih catur di Indonesia," urainya.

Ditambahkan, kondisi seperti ini sudah diterapkan negara lain terhadap atletnya yang kini sudah tidak aktif lagi alias pensiun. Dengan jaminan hari tua, mantan atlet tidak ada yang hidup di bawah garis kemiskinan seperti di Indonesia.